Memandang Isolasi, Teknologi, dan Literasi

Hari ini banyak diantara kita mengeluhkan keadaan yang mengharuskan untuk mengalihkan seluruh aktivitas di rumah masing-masing. Keluhan ini terbangun karena selama pandemi ini kita diminta untuk memaklumi aktivitas yang tidak biasa yaitu bekerja dari rumah atau istilah populer saat ini work from home (WFH). Anjuran untuk di rumah saja (WFH) digaungkan bukan tanpa tujuan. Tujuan utamanya adalah memutus rantai penyebaran virus Covid-19.

Satu hingga dua minggu mengalihkan aktivitas di rumah terasa sesuatu hal yang menantang. Menantang bagi pembelajar karena dituntut untuk mengenal hal-hal baru khususnya teknologi. Platform penunjang aktivitas dari rumah semisal google meet, zoom meeting, google Doc, skypea, dan VPN satu per satu mulai dicoba dan dikuasai. Kebosanan mulai timbul setelah mampu menguasai teknologi penunjang WFH, kemudian menginovasi teknologi tersebut dalamn penggunaannya.

Titik kebosanan ini timbul karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari manusia lainnya. Aktivitas social bertatap muka secara langsung diperlukan untuk sekadar bertukar cerita atau gagasan baru. Akhirnya rasa bosan timbul sebagai dampak psikologi manusia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk bersosialisasi karena harus mengisolasi diri.

Isolasi hari ini berkembang, bukan sekadar bermakna pada aktivitasnya yaitu memisahkan diri dari kerumunan, lingkungan sosial, dan mengalihkan aktivitas di rumah. Makna isolasi meluas pada dampak yang diterima oleh manusia itu sendiri. Dampak tersebut diantaranya diakibatkan oleh minimnya kontak sosial secara langsung. sehingga menimbulkan efek psikologi rasa bosan terhadap manusia. Teknologi yang ada memang mampu menggugurkan kewajiban untuk bekerja tetapi tidak dapat menggugurkan kebutuhan bersosialisasi secara langsung.

Teknologi mampu mendekatkan yang jauh tetapi tidak mampu menggantikan kontak sosial secara langsung. Dalam kontak sosial secara langsung aktivitas pertukaran ide atau gagasan terjadi secara cepat dan masif. Adapun penghalang pertukaran ide atau gagasan dalam kontak sosial secara langsung adalah rongga-rongga pemahaman karena kurangnya literasi.