Skenario Belajar Usai Pandemi
Pandemi membawa dampak signifikan di bidang Pendidikan. Proses pembelajaran, capaian pembelajaran hingga psikologi belajar siswa terpengaruh. Pengaruh ini karena adanya perubahan dari kebiasaan belajar secara konvensional atau tatap muka menjadi pembalajaran daring dengan variasi platform yang digunakan.
Pandemi belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, padahal tahun pembelajaran akan segera berakhir dan berganti tahun pembelajaran yang baru. Kemendikbud selaku lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan dalam kebijakan pendidikan belum memberikan instruksi menganai pelaksanaan tahun pembelajaran yang baru. Meski demikian, beberapa skenario telah disusun guna mengantisipasi dimulainya tahun pembelajaran baru di tengah pandemi.
Dikutip dari detik.com, Hamid Muhammad selaku Plt Dirjen PAUD-Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa kemendikbud telah menyusun tiga skenario pelaksanaan tahun pembelajaran baru. Skenario pertama, siswa dapat belajar secara normal jika pandemi dapat mereda di bulan Juni, sehingga memasuki bulan Juli siswa dapat kembali ke sekolah. Kedua, tahun pembelajaran baru akan dilaksanakan secara daring jika pandemi belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir bulan Juni atau diprediksi berakhir bulan Agustus atau September. Ketiga, kemungkinan terburuknya adalah pandemi berakhir akhir tahun sehingga siswa diharuskan melaksanakan pembelajaran jarak jauh hingga akhir tahun.
Segala skenario dapat disusun, tetapi pada penerapannya skenario yang disusun akan kembali ke sekolah dan guru sebagai satuan pendidikan pelaksana pendidikan. Skenario tersebut akan berkembang mengingat keadaan yang berbeda-beda di daerah. Menimbang keadaan luar biasa di tengah pandemi terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi skenario yang sebaiknya disusun untuk tahun pembelajaran baru. Faktor tersebut diantaranya adalah psikologi belajar peserta didik.
Belajar dalam pandangan teori behaviorisme merupakan perilaku yang dihasilkan dari pembiasaan peserta didik. Berdasarkan teori ini peserta didik telah mengalami perubahan kebiasaan belajar karena beberapa bulan telah melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Peserta didik sebelum pandemi terbiasa belajar secara tatap muka, menggunakan buku, alat tulis, bersosialisasi dengan lingkungan sekolah. Adapun setelah adanya pandemi peserta didik terbiasa belajar menggunakan gawai dan perangkat internet lainnya. Perubahan ini tentu berpengaruh pada pembelajaran di tahun pembelajaran baru.
Guru diharapkan bersiap untuk menjadi fasilitator bagi peserta didik dengan karakter baru setelah selesainya pandemi. Hal ini karena kebiasaan anak berbeda-beda ketika belajar di rumah masing-masing. Oleh sebab itu, skenario atau strategi yang sebaiknya dipersiapkan oleh guru ketika berakhirnya pandemi adalah pembiasaan peserta didik untuk kembali belajar di lingkungan sekolah dengan interaksi sosial di dalamnya. Pembelajaran bermakna usai pandemi adalah mensyukuri kebersamaan ketika belajar di sekolah. Memahi dan memaklumi karakter peserta didik sebagai fitrah dan potensi luar biasa yang menunggu untuk dikembangkan dan dimaksimalkan melalui proses belajar yang berkelanjutan.