Satu Senyum
Satu kesalahan terbesar yang pernah kau lakukan padaku adalah tersenyum. Senyum itu telah mengetuk hatiku memaksa untuk masuk dan tinggal di sana. Ia tak menghiraukan pemilik hati yang berusaha untuk mengunci rapat dan menikmati kesepian. Senyum itu telah menyirami bunga-bunga dalam hati yang mau tidak mau membuatnya subur kembali. Senyummu seperti hujan di tengan kemarau sepi hatiku. Namun aku tetap menolaknya untuk tinggal, ia memaksa. Akhirnya mau tidak mau aku mengizinkannya untuk beberapa saat tinggal di sini. Karena beberapa lama muncul ketakutan dalam diriku. ketakutan menelantarkan senyum itu yang pada akhirnya ia ditemu orang lain. Aku tak rela.
Satu senyum saja sudah membuatku senewen lalu bagaimana jika sehari kau tersenyum berkali-kali padaku. Bias-bisa sesak dadaku ini menampug senyummu. Tak sanggup aku menampungnya. Oleh sebab itu jika melihatmu dari jauh dan berkemungkinan untuk berpapasan selalu kuusahakan untuk menunduk. Tak mampu aku berlama-lama dengan rekah senyum di wajahmu itu. Meskipun pada akhirnya mata ini selalu punya kekuatan lebih untuk sekadar melirik.
Setelah tak mampu menolak senyummu akhirnya kuputuskan untuk menerimanya. Meski risikonya dadaku menjadi sesak. Kusiasati untuk berbicara padamu tentang semua ini. Bukan untuk melarangmu tersenyum padaku. Tetapi meminta satu senyum saja darimu, untuk menetap dan menyapaku tiap pagi membangunkanku dari mimpi-mimpi.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me. https://www.binance.com/en-IN/register?ref=UM6SMJM3
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.