Senyum (2)
Kesalahan terbesarku adalah membukakan pintu hatiku untuk senyummu. Meski demikian, bagiku hal itu adalah kesalahan yang tak pernah aku sesali. Meski akibatnya ruang-ruang sebelumnya kosong menjadi terasa penuh sesak. Itu baru satu senyum. Bagaimana jika tidak hanya satu senyummu yang menyeruak dan ikut masuk. Kupastikan kalang kabut aku dibuatnya.
Senyummu memang sama seperti senyum perempuan kebanyakan. Namun senyum itu hadir di hadapanku bersama ramah dan sopanmu. Bahkan memori tentang kecekatan dan ringan tanganmu tempo hari yang masih terselip di ingatanku pun ikut membumbuhinya. Alhasil senyummu menjadi perpaduan yang khas bagiku antara rekah wajahmu dan memori tentangmu. Akhirnya aku terpaksa menerimanya singgah dan menetap di ruang-ruang hati.
Dari senyummu aku sadar bahwa terkadang jalan hidup kita dimulai dari sebuah kesalahan. Seperti halnya membukakan pintu hatiku untuk senyummu. Ia menetap dan menjadi obat bagi sepi. menyapaku tiap pagi dan menemani hari-hari. Aku bersyukur dari kesalahan itu. Sederhana.