PEMUDA DI ERA SOCIETY 5.0

Pemuda Indonesia sembilan puluh dua tahun lalu tepatnya tanggal 28 Oktober 1928 mengekspresikan gelora nasionalismenya dengan melantangkan Sumpah Pemuda. Kristalisasi semangat pemuda pada era tersebut menghasilkan ikrar yang berbunyi

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia”

“Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”

Ikrar tersebut merupakan wujud usaha memersatukan pemuda dari berbagai latar belakang dengan menyamakan identitasnya sebagai pemuda untuk Indonesia. Persamaan nasib yang dialami pemuda pada saat itu merupakan hal mendasar yang akhirnya mendorong para pemuda untuk sama rasa menyatukan tujuan kemudian lahirlah ikrar Sumpah Pemuda. Sembilan puluh dua tahun berlalu, Indonesia telah merdeka dan berkembang di segala bidang. Pertanyaan yang muncul “masihkah ikrar tersebut kontekstual dengan hari ini?”

Pemuda di era industri 4.0 merupakan pemuda yang erat dengan teknologi. Hampir di seluruh aktivitasnya bersentuhan dengan teknologi. Hal ini membuat segala hal berlalu dengan cepat, pekerjaan terselesaikan dengan mudah dan cepat. Informasi didapat dengan mudah dan cepat pula. Secara tidak sadar hal tersebut memberikan pengaruh pada pola pemikiran pemuda yang cenderung mengikuti kecepatan teknologi yang ada dalam genggamannya.

Berpikir cepat itu diperlukan untuk dapat mengambil simpulan atau keputusan yang dibutuhkan untuk menentukan tidakan kita sebagai pemuda. Tetapi ada beberapa dimensi yang sering ditinggalkan dalam pengambilan tindakan dari aktivitas berpikir cepat. Dimensi tersebut diantaranya adalah literasi digital dan kepekaan sosial. Sebagai contoh adalah maraknya informasi bohong (hoaks) di sekitar kita. Hoaks dapat tersebar dengan cepat karena terbawa oleh budaya cepat dalam teknologi sehingga kita lupa mencari referensi informasi untuk menvalidasi informasi yang kita terima. Oleh sebab itu, peran pemuda sebagai generasi yang paling dekat dengan teknologi berperan sebagai filter utama dari informasi yang tersebar di masyarakat dan memperkecil ruang untuk hoaks.

Kepekaan sosial terdegradasi di era industri 4.0 karena kemanjuan teknologi yang membuat pemuda terbiasa bersosialisasi melalui media sosial. Society 5.0 menjadi antitesis dengan pengembangan teknologi yang berkonteks problematika masyarakat. Peran pemuda dalam hal ini sebagai pengembang dan operator teknologi agar bisa bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga seluruh masyarakat mulai dari yang terdekat hingga yang terjauh dari teknologi dapat merasakan kebermanfaatan dari perkembangan teknologi tersebut.

Peran utama pemuda di era Society 5.0 adalah menyatukan bangsa dengan kepekaan sosial yang berkolaborasi dengan kemampuan penguasaan teknologi dalam dirinya. Sehingga stigma perpecahan dan kesenjangan teknologi berangsur terhapus.