Teknik Parafrasa untuk Meminimalkan Plagiasi

Plagiasi merupakan hal yang lazim dialami di dalam aktivitas menulis. Plagiasi terjadi ketika tulisan yang dihasilkan terdeteksi memiliki kesamaan (similarity) dengan tulisan yang ada di dunia maya. Kesamaan tentu tidak dapat dihindari karena tulisan yang dihasilkan dapat dipastikan memiliki kesaamaan minimal pada sitasi atau kutipan yang terdapat dalam tulisan. Oleh sebab itu diperlukan cara untuk meminimalisir tingkat plagiasi dari tulisan yang kita susun.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir plagiasi adalah parafrasa. Parafrasa Merupakan pengungkapan kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, tanpa mengubah maknanya, dengan memberi kemungkinan penekanan yang agak berlainan (Kridalaksana, 2008). Adapun teknik plagiasi diungkapkan oleh Kesuma (1998) ada tujuh yaitu 1) parafrasa ekuivalen, 2) parafrasa keantoniman ingkaran, 3) parafrasa generik-spesifik, 4) parafrasa spesifik-generik, 5) parafrasa amplifikasi, 6) parafrasa kontraksi, dan 7) parafrasa rangkuman.

  1. Parafrasa Ekuivalen

Parafrasa ekuivalen sering disebut parafrasa leksikal. Hal ini karena parafrasa ini dilakukan dengan mengganti bagian dalam kalimat atau paragraf yang diparafrasa dengan bentuk lain yang memiliki kedekatan atau kesamaan makna (sinonim) tetapi bentuknya berbeda. Contoh:

  • Jakarta adalah Ibu Kota Negara Indonesia.
  • Jakarta merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. (Parafrasa)
  • Artikel ini ditulis dengan bahasa Indonesia.
  • Artikel ini disusun dengan bahasa Indonesia. (Parafrasa)
  1. Parafrasa Keantoniman Ingkaran

Teknik parafrasa keantoniman ingkaran merupakan teknik parafrasa yang tidak banyak digunakan. Teknik parafrasa jenis in dilakukan dengan membuat ingkar dari kalimat sebelumnya. Sehingga dihasilkan bentuk baru dengan makna yang sama.

  • Cuaca hari ini berawan
  • Cuaca hari ini tidak panas. (Parafrasa)
  1. Parafrasa Generik-Spesifik

Parafrasa generik-spesifik merupakan teknik parafrasa yang membuat bentuk parafrasanya lebih spesifik dasipada bentuk yang diparafrasakan. Teknik parafrasa ini dilakukan dengan mengganti satuan lingual pada kalimat yang diparafrasa dengan satuan lingual yang lebih spesifik.

  • Saya membawa tas berisi buku dan alat tulis.
  • Saya menggendong tas berisi buku dan alat tulis. (Parafrasa)
  1. Parafrasa Spesifik-Generik

Teknik parafrasa spesifik-generik berbanding terbalik dengan parafrasa generik-spesifik. Parafrasa ini dilakukan dengan mengganti satuan lingual pada kalimat yang diparafrasa dengan satuan lingual yang generik atau umum.

  • Ayah menjinjing oleh-oleh dari Jakarta.
  • Ayah membawa oleh-oleh dari Jakarta. (Parafrasa)
  1. Parafrasa Amplifikasi

Teknik parafrasa amplifikasi dilakukan dengan memberikan keterangan yang lebih spesifik dari suatu bentuk lingual. Melalui teknik ini akan dihasilkan bentuk baru dengan informasi yang lebih lengkap.

  • Saya sedang menulis
  • Saya sedang menulis artikel ilmiah. (Parafrasa)
  1. Parafrasa Kontraksi

Teknik parafrasa kontraksi merupakan kebalikan dari parafrasa amplifikasi. Bentuk baru pada teknik ini akan lebih ringkas dengan makna yang lebih umum tetapi tidak mengurangi makna kalimatnya.

  • Hari ini saya mengikuti lokakarya menulis artikel jurnal ilmiah
  • Hari ini saya mengikuti lokakarya menulis. (Parafrasa)

7. Parafrasa Rangkuman.

Teknik parafrasa rangkuman merupakan teknik yang dilakukan dengan memadatkan bentuk kalimat. Sehingga parafrasa akan menghasilkan bentuk ringkas daripada bentuk sebelumnya. Lazimnya, parafrasa ini digunakan untuk membentuk kalimat majemuk.

  • Ari hari ini mengikuti lokakarya menulis ilmiah.
  • Andi hari ini mengikuti lokakarya menulis ilmiah.
  • Ari dan andi hari ini mengikuti lokakarya menulis ilmiah. (Parafrasa)

 

Referensi

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Kesuma, Tri Marstoyo Jati. 1998. Ihwal (Teknik) Parafrasa. Humaniora 9