Di Balik Viralnya Joko Tingkir

Beberapa waktu terakhir lagu-lagu dangdut cukup akrab di telinga saya. Asalnya adalah kegiatan-kegiatan 17-an yang diselenggarakan untuk memeringati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77.  Aneh memang, karena momen 17-an lebih banyak lagu dangdut yang diputar, bukan lagu-lagu yang bertema nasional. Sekali waktu ada lagu nasional yang diputar, aransemennya tetap pakai dangdut. Masyarakat sudah mafhum, asal bukan lagu Indonesia Raya yang daransemen dangdut.

Jika saya ingat-ingat, ternyata sehari-hari pun, tetangga bersahutan memutar lagu dangdut, mulai dari dangdut lawas hingga dangdut kekinian. Mulai dari yang memutar dengan suara level tanggapan sampai yang memutar pada level personal. Bagi saya juga tidak masalah asal tidak diputar tengah malam atau sampai mengganggu yang lainnya. Jika hal tersebut sampai terjadi, sepertinya aturan mengenai kerasnya memutar lagu juga perlu dibuat, untuk menertibkan orang-orang yang ugal-ugalan dalam memutar tuas volume sound sistemnya.

Tetapi pada tulisan kali ini saya mengajak pembaca untuk menyimak fenomena lagu yang juga sedang viral, Joko Tingkir. Belakangan ini lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet (Joko Tingkir Minum Dawet) viral di dunia maya karena banyak dinyanyikan ulang oleh penyanyi-penyanyi yang sedang naik daun seperti Deni Caknan, Yeni Inka, Hepy Asmara, dan lainnya.  Setelah viral lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet banyak mendapatkan tanggapan dari berbagai kalangan. Bukan menyoal mengenai banyaknya tanyangan dari lagu tersebut di dunia maya, tetapi sorotan ditujukan pada penggunaan nama Joko Tingkir dalam lirik lagu tersebut.

Tanggapan tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya Joko Tingkir merupakan nama tokoh yang memberikan pengaruh pada penyebaran agama Islam khususnya di tanah jawa. Tanggapan mengenai lagu Joko Tingkir dilontarkan oleh beberapa ulama karena Joko Tingkir merupakan tokoh yang menyebarkan sekaligus memiliki keturunan yang berpengaruh terhadap berkembangnya agama Islam. Maka perlu diketahui asal-usul dari tokoh Joko Tingkir yang namanya tengah viral karena dimasukkan ke dalam lagu tersebut.

Terlepas dari banyaknya catatan sejarah mengenai asal usulnya di berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa Joko Tingkir merupakan keturunan dari Ki Ageng Pengging yang kemudian diasuh oleh Nyi Ageng Tingkir. Joko tingkir merupakan murid dari Sunan Kalijaga dan menjadi raja pertama Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Joko Tingkir berhasil memperluas wilayahnya hingga ke jawa timur dan diakui sebagai raja islam tanah jawa oleh beberapa penguasa wilayah.

Sebelum mendirikan Kerajaan Pajang, Joko Tingkir mengabdikan dirinya pada Kesultanan Demak sebagai prajurit. Karena prestasinya kemudian Joko Tingkir diberikan hak untuk mendirikan kerajaan di daerah Pajang. Salah satu keutamaan Joko Tingkir dalam memimpin Kerajaan Pajang diantaranya adalah mampu mengembangkan kerajaan sekaligus menyebarkan islam ke wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang. Sehingga posisi beliau tidak hanya sebagai raja tetapi juga sebagai ulama. Selain itu, jika menarik garis keturunan, ulama-ulama besar seperti K.H. Hasyim Asyari, dan K.H. Abdulrahman Wahid memiliki garis keturunan dari pendiri Kerajaan Pajang ini.

Nama dan Sejarah

Saya mencoba menyimak lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet yang viral di media sosial ini. Berdasarkan hasil simak dan baca lirik lagu tersebut, nama Joko Tingkir muncul sebanyak satu kali di lirik pertama lagu. Nama Joko Tingkir terdapat dalam lirik sampiran. Meski demikian, para ulama menganggap bahwa penggunaan nama Joko Tingkir dalam lagu tersebut kurang pantas mengingat beliau merupakan ulama yang menyebarkan agama islam di tanah jawa.

Terlepas dari kesengajaan atau tidaknya penggunaan nama Joko Tingkir dalam lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet merupakan bukti bahwa adanya ketidaktahuan generasi masa kini tentang sejarah. Pengetahuan mengenai sejarah minimal membuat seseorang memiliki penghormatan atau memori mengenai suatu peristiwa, waktu peristiwa tersebut, dan tokoh-tokoh di dalamnya. Dari tiga pengetahuan tersebut kemudian terbangunlah kesadaran untuk belajar dari peristiwa ataupun tokoh dalam sejarah tersebut. Jika peristiwa sejarah tersebut merupakan sejarah menganai hal yang baik maka dapat kita ambil nilai yang relevan di masa depan. Jika peristiwa sejarah tersebut kelam, maka menjadi pembelajaran agar tidak terjadi di masa depan.

Begitupun tokoh dalam peristiwa sejarah tersebut, jika merupakan tokoh yang berjasa maka dapat kita ambil nilai-nilai dari tokoh tersebut. Adapun jika sebaliknya, dapat menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang agar tidak melakukan hal yang dilakukan oleh tokoh tersebut.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, perlu adanya kesadaran dari generasi penerus bangsa mengenai sejarah. Kesadaran tersebut diwujudkan dalam bentuk kritis terhadap informasi dalam bentuk apapun, terutama yang memuat sejarah (peristiwa atau tokoh). Sehingga nilai dari peristiwa atau tokoh dalam sejarah tetap terawat melalui ingatan generasi ke generasi. Bukan terbentuk dari informasi yang viral sesaat lalu hilang tetapi memberi pengaruh pada ingatan sejarah yang sebenarnya.