Memilih Pemimpin di Era Ketidakpastian

Membahas mengenai pemimpin maka menelisik proses bagaimana seseorang menjadi pemimpin atau bagaimana ia memiliki kompetensi sebagai seorang pemimpin di tengah masyarakat. Di dalam proses mendapatkan pemimpin tentunya ada tahap pemilihan di dalamnya. Berbicara cara memilih pemimpin maka kita dapat mengambil pembelajaran dari kisah-kisah terdahulu. Kisah pertama dalam proses memilih pemimpin datang dari zaman Dinasti Abbasiyah. Dinasti abbasiyah merupakan dinasti kekhalifahan islam yang pernah mendapatkan kejayaan di masanya. Salah satu khalifah yang terkenal ketika itu adalah Khalifah Harun Al Rasyid. Dikisahkan ketika Harun Al Rasyid berkunjung ke Madinah beliau berziarah ke makam Nabi Muhammad Saw. Ketika beliau berada di dekat makam Nabi dengan lantang beliau mengatakan “Wahai NabiAllah sesungguhnya aku Harun Al Rasyid, keturunan dari pamanmu datang mengunjungimu.” Perkataan Harun Al Rasyid seketika membuat jamaah di Masjid Nabawi bergemuruh karena ada khalifah atau pimpinan umat islam ketika itu berkunjung ke makam Nabi Muhammad Saw. Di sisi yang lain terdengar pula ucapan dengan lantang “Wahai NabiAllah sesungguhnya aku telah datang mengunjungimu, aku adalah cucumu.” Ungkapan tersebut diucapkan oleh Habib Ali Zainal Abidin.

Mendengar apa yang diucapkan oleh Habib Ali Zainal Abidin tersebut membuat jamaah di Masjid Nabawi pun Bahagia. Pasalnya ada keturunan Nabi Muhammad yang berada di tengah-tengah jamaah kala itu. Kebahagiaan juga dirasakan oleh Khalifah Harun Al Rasyid karena dapat bertemu dengan salah satu keturunan Nabi tersebut. Akan tetapi kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama setelah beliau mendapat bisikan dari pengikutnya yang menyampaikan bahwa ucapan dari Habib Ali Zainal Abidin tersebut memiliki tendensi untuk menyainginya sebagai khalifah. Sontak hal tersebut membuat Harun Al Rasyid merasa harga dirinya sebagai khalifah direndahkah. Akibatnya Khalifah Harun Al Rasyid memerintahkan pengawalnya untuk menangkap Habib Ali Zainal Abidin. Tidak berapa lama dari penangkapan tersebut Khalifah Harun Al Rasyid sadar bahwa tindakannya tersebut gegabah dan salah karena hanya mengandalkan emosi semata. Setelah dapat berpikir dengan jernih Harun Al Rasyid melepaskan Habib Ali Zainal Abidin dan menangkap orang yang telah menghasutnya untuk menangkap Habib Ali Zainal Abidin.

Kisah kepemimpinan selanjutnya diambil dari masa-masa terakhir kehidupan Nabi Muhammad Saw. Ketika Nabi Muhammad merasa bahwa dirinya mendekati akhir hayat, beliau meminta Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai imam dalam salat di Masjid Nabawi. Akhirnya ketika Nabi Muhammad Saw. wafat muncul pertanyaan dari beberapa kalangan umat islam mengenai siapa yang akan menjadi pimpinan umat islam ketika itu. Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh para sahabat ketika itu. Para sahabat menyampaikan bahwa untuk urusan salat berjamaah yang merupakan urusan umat dengan Allah Nabi meminta Abu Bakar As Sidiq untuk memimpin. Maka untuk urusan pimpinan umat isalam yang dapat dikatakan sebagai urusan dunia dan tidak sesakral salat tentu Abu Bakar As Sidiq lah orang yang paling tepat.

Berdasarkan dua cerita tersebut terdapat dua pelajaran yang dapat kita gunakan sebagai acuan di dalam memilih pemimpin. Berdasarkan cerita Abu Bakar As Sidiq dapat kita ketahui bahwa sebagai umat islam  landasan utama di dalam memilih pemimpin adalah bagaimana hubungan para calon pemimpin dengan Yang Maha Kuasa. Jika memiliki hubungan yang baik dengan Allah maka dapat disimpulkan bahwa setiap Keputusan yang akan dia ambil ketika menjadi pemimpin akan mempertimbangkan dampak dan pertanggungjawabannya.

Berdasarkan cerita Khalifah Harun Al Rasyid dapat kita ambil pelajaran untuk memilih pemimpin juga penting untuk mempertimbangkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang di sekitar pemimpin akan memberikan pengaruh pada pimpinan di dalam pengambilan Keputusan. Jika orang-orang di sekitarnya baik maka Keputusan yang akan diambil juga baik begitupun sebaliknya. Orang-orang di sekitar pemimpin akan memberikan pengaruh bagaimana seorang pemimpin menajalankan amanahnya sebagai pemimpin.

Memilih pemimpin memang bukan perkara mudah, berbagai pertimbangan sebaiknya digunakan untuk dapat memilih dan menentukan pemimpin yang terbaik. Pemimpin merupakan pemegang kekuasaan yang jika disalahgunakan dampaknya akan dirasakan seluruh umat manusia. Di akhir zaman memilih pemimpin tidak sepenuhnya dapat dipertimbangkan dari kebaikan pada calon pemimpin karena jika didalami setiap calon akan memiliki kekurangannya masing-masing. Tetapi tidak memilih pemimpin juga bukan solusi dari kompleksitas di dalam pemilihan pemimpin. Maka rumus terakhir yang dapat digunakan untuk memilih pemimpin adalah memilih pemimpin yang memiliki potensi paling sedikit untuk berbuat keburukan.