Was-was Generasi Emas

Indonesia sedang dihadapkan pada penyakit tidak menular yang signifikan di kalangan anak-anak dan remaja. Penyakit tersebut di antaranya adalah obesitas, Diabetes Menitus (DM) tipe 2 pada anak, dan hipertensi pada remaja. Setidaknya keterangan itulah yang diungkapkan oleh ketua Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp. A (K). Selain dihadapkan pada masalah-masalah kesehatan pada anak-anak dan remaja, Indonesia juga dihadapkan pada degradasi moral dan karakter yang terjadi di kalangan remaja. Tentu masih segar di ingatan kita berbagai kasus tindak penyimpangan norma sosial dan hukum oleh remaja yang ramai di media sosial. Tindakan nirempati terkait masyarakat palestina yang dilakukan oleh sekelompok remaja yang juga menjadi sorotan publik di berbagai platform media sosial. Yang disayangkan dari tindakan-tindakan seperti ini akan dianggap selesai ketika pelaku melakukan klarifikasi dan meminta maaf.

Masalah mengenai kurangnya lapangan pekerjaan juga diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS melaporkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2023 menunjukkan kelompok usia produktif usia 15-24 tahun (Gen Z) mendominasi jumlah pengangguran di Indonesia. Data BPS menunjukkan terdapat 9,9 juta penduduk berusia 15-24 tahun tidak memiliki kegiatan produktif.

Berdasarkan uraian di atas setidaknya terdapat tiga ranah yang menjadi perhatian yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Ketiga ranah tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain. Kondisi kesehatan yang mengalami penurunan sedari anak-anak atau remaja akan membuat seseorang kurang optimal di masa produktifnya. Begitupun dengan pendidikan yang tidak optimal di masa anak-anak dan remaja akan membuat produktivitas tidak optimal di usa produktifnya. Yang menjadi perhatian adalah kompetensi yang dikuasai oleh siswa sebagai bekal di usia produktifnya. Kompetensi yang sebaiknya di kuasai tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja, tetapi juga diimbangi dengan kompetensi karakter yang dimiliki siswa. Sehingga lulusan pendidikan akan menghasilkan individu yangcerdas, terampil, dan berkarakter. Sehingga produktivitas seseorang akan diibangi dengan rasa tanggung jawab terhadap apa yang ia hasilkan.

Kondisi kesehatan yang prima dan kompetensi yang dimiliki akan mengoptimalkan produktivitas masyarakat di masa depan. Sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi keniscayaan di masa mendatang. Sayangnya, realitas tersebut masih menjadi bayangan dikarenakan adanya gejala gangguan kesehatan tidak menular dan krisis karakter di kalangan remaja yang perlu ditangani.

Mempersiapkan Generasi Emas

Menilik dari usia anak-anak dan remaja hari ini adalah generasi yang akan memiliki usia produktif di tahun 2030 hingga 2045. Anak-anak dan remaja tersebut merupakan generasi yang akan mengambil peran di era Indonesia emas di mana usia produktif lebih mendominasi masyarkat Indonesia daripada usia tidak produktif atau lazim disebut dengan bonus demografi. Kekhawatiran mengenai Indonesia emas berkembang mengingat kondisi kesehatan dan kompetensi anak-anak dan remaja yang memprihatinkan.

Penanganan masalah kesehatan sebaiknya intensif dilakukan dengan program pengobatan dan pencegahan. Pengobatan bagi anak-anak dan remaja yang mengalami penyakit tidak menular  penting dilakukan untuk mengembalikan kondisi kesehatannya atau meminimalisasi dampak dari kondisi tersebut di masa depan. Pencegahan penting untuk dilakukan agar penyakit tidak menular yang menjangkiti anak-anak dan remaja dapat ditekan guna menjaga kesehatan generasi yang akan mengambil peran di era Indonesia emas mendatang.

Penanganan mengenai masalah karakter sesungguhnya telah dilakukan oleh pemerintah dengan adanya program revolusi mental, pendidikan karakter, dan yang terbaru adalah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Tetapi, pada kenyataannya remaja usia sekolah belum memiliki kompetensi karakter yang diharapkan. Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi mendalam dan perbaikan terhadap program pembentukan kompetensi karakter yang telah dilaksanakan.

Bonus demografi bukanlah hadiah yang didapatkan secara cuma-cuma. Investasi di bidang kesehatan dan pendidikan menjadi usaha mempersiapkan generasi yang akan mengisi setiap pos di era tersebut. Sehingga Indonesia Emas dapat terwujud sesuai harapan di masa depan.